Gambaran Peresepan Obat Untuk Pasien Asma Rawat Jalan di Klinik X Dumai

Authors

  • Muhajri Agusfina Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi
  • Renatalia Fika Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi
  • Ainun Naim Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi
  • Annisa Juwita Dalimunthe Akademi Farmasi Dwi Farma Bukittinggi

DOI:

https://doi.org/10.51225/jps.v7i2.46

Keywords:

Asthma, Asthma Medicine, Prescription, Outpatient Pharmacy

Abstract

Asthma is a heterogeneous disease with chronic inflammation of the airways involving inflammatory cells in them, which will respond excessively to a trigger, causing episodic symptoms such as wheezing, shortness of breath, a feeling of pressure in the chest, and coughing (especially in the morning and evening). The aim of this research is to determine the description of drug prescribing for asthma patients at the X Dumai Clinic. This research method was carried out using a retrospective method at the X Dumai Clinic Outpatient Pharmacy during the period July to December 2022. The instruments used were asthma patient prescription sheets and patient prescription data collection sheets. Sampling was carried out using the random sampling method. The number of samples that met the inclusion criteria for this study was 222 patients. Based on gender and age, from the results of research that has been carried out, it is found that the percentage (%) of drug use in asthma patients based on female gender is as high as 122 patients (54.95%) and 100 patients (45.05%) were male. Based on age, it showed that most patients were aged 56-65 years with 59 patients (26.58%). Based on the therapeutic pattern of drug classes, the active drug substance in the drug dosage form showed the highest percentage of 31.98%. Namely Salbutamol. Meanwhile, combination asthma drug prescriptions were 20.27%. Namely Salbutamol and Methylprednisolone.

References

Anriyani, D. (2013). Karakteristik penderita asma bronkial rawat inap di RSUD Langsa tahun 2009–2012.

Australian Government Department of Health and Ageing (AGDHA). (2006). Asthma management handbook. National Asthma Council Australia.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). (2008). Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Pharmaceutical care untuk penyakit asma. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: DepKes RI.

Dipiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., & Posey, L. M. (2008). Pharmacotherapy handbook (7th ed.). New York: McGraw-Hill.

Global Initiative for Asthma (GINA). (2011). Strategi global untuk manajemen dan pencegahan asma. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis, 1(1).

Handayani, M. D. (2014). Analisa kerasionalan resep pediatri penderita asma. Yogyakarta.

Imron, M. (2014). Metodologi penelitian bidang kesehatan. Jakarta: Sagung Seto.

Jas, A. (2009). Perihal resep dan dosis serta latihan menulis resep (Ed. 2). Medan: Sumatera Utara University Press.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 73 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9 tahun 2017 tentang Apotek.

Lasen, G. L. (1992). Asthma in children. The New England Journal of Medicine, 326(23), 1540–1545.

Liansyah, T. M. (2014). Pendekatan kedokteran keluarga dalam penatalaksanaan terkini serangan asma pada anak. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 14(3), 175–180.

Lim, R. H., et al. (2010). Hormon pengaruh kejadian asma. Jurnal KesMaDaSka.

Lorensia, A., & Amalia, R. A. (2015). Studi farmakovigilans pengobatan asma pada pasien rawat inap di suatu rumah sakit di Bojonegoro. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(1), 8–18.

Maghfiroh, I. L., & Kurniawan, T. (2014). Program self-management pada klien dengan asma: Literature review. In FK PSIK UNDIP (Ed.), Proceeding Seminar Ilmiah Nasional Keperawatan (pp. 43–48). Semarang.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1023 tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Jakarta.

Nabil, N. M. (2014). Efek penambahan beta-2 agonis kerja panjang dan kortikosteroid serta peningkatan dosis kortikosteroid dalam meningkatkan pengendalian asma. Jurnal Tuberkulosis Penyakit Dada, 761–764.

National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI). (2007). The Expert Panel Report 3: Guidelines for the diagnosis and management of asthma.

Nearimas, T. (2016). Analisis rasional penggunaan obat pada pasien asma rawat inap di RSI AISYAYAH Malang.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

PDPI. (2004). Asma dan pedoman penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). (2003). Asma: Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Priyanto. (2010). Farmakologi dasar untuk mahasiswa farmasi dan keperawatan. Jakarta: Leskonfi.

Putri, H., & Soemarno, S. (2013). Perbedaan postural drainage dan latihan batuk efektif pada intervensi nabulizer terhadap penurunan frekuensi. Jurnal Fisioterapi, 13(1), 1–11. https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173-7.2

R, S. (2008, July 3). Pencetus asma ada di mana-mana. Bali Post. Retrieved January 29, 2008, from http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2005/7/3/k315.html

Resti, I. B. (2014). Teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stres pada penderita asma. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 2(1), 1–20. Retrieved from http://download.portalgaruda.org/article.php?article=144803&val=255&title=Teknik%20Relaksasi%20Otot%20Progresif%20Untuk%20Mengurangi%20Stres%20Pada%20Penderita%20Asma

Sabri, Y. S., & Chan, Y. (2014). Penggunaan Asthma Control Test (ACT) secara mandiri oleh pasien untuk mendeteksi perubahan tingkat kontrol asmanya. Jurnal Kesehatan Andalas, 3(3), 517–526.

Schatz, M., & Camargo, C. A. (2003). The relationship of sex to asthma prevalence, health care utilization, and medications in a large managed care organization. Annals of Allergy, Asthma & Immunology, 9, 553–558.

Sinta Ayu, H. (2019). Gambaran penggunaan obat asma di RSUD Dr. Soesilo Slawi, Tegal.

Sirait, M. (2015). ISO Indonesia (Vol. 49). Jakarta: Isfi Penerbitan.

Soemarno, S., & Astuti, D. (2005). Pengaruh penambahan MWD pada terapi inhalasi, chest fisioterapi (postural drainage, huffing, coughing, tapping dan clapping) dalam meningkatkan volume pengeluaran sputum pada penderita asma bronchiale. Jurnal Fisioterapi Indonesia, 5(1), 56–71.

Sumantri. (2016). Pendekatan diagnosis hipokalemia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Syamsuni, H. (2005). Ilmu resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Syamsuni, H. (2006). Ilmu resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: Khasiat, penggunaan dan efek sampingnya. Jakarta: Gramedia.

Utami, N. M. S. N. (2013). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri individu yang mengalami asma. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 12–21.

Wahyuni, Y. (2009). Metodologi penelitian bisnis bidang kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.

Downloads

Published

2024-04-30

How to Cite

Muhajri Agusfina, Renatalia Fika, Ainun Naim, & Annisa Juwita Dalimunthe. (2024). Gambaran Peresepan Obat Untuk Pasien Asma Rawat Jalan di Klinik X Dumai. Journal Pharma Saintika, 7(2), 09–19. https://doi.org/10.51225/jps.v7i2.46

Most read articles by the same author(s)

1 2 > >>